panen jeruk

panen jeruk
panen jeruk Sambas di lahan Petani

Thursday, February 14, 2013

Ancaman Guremisasi & Konversi Lahan Pertanian


Proses produksi pangan sangat erat kaitannya dengan budidaya pertanian khususnya pada tanaman pangan. Budidaya pertanian sendiri saat ini masih mengandalkan tanah atau lahan sebagai media utama untuk menumbuhkan tanaman. Meskipun saat ini banyak penelitian yang mencoba untuk mencari media alternatif pengganti tanah, namun peran tanah sebagai media tumbuh tanaman masih belum tergantikan.
Melihat pentingnya peran tanah sebagai media tumbuh tanaman tentu saja ketersediaanya harus terjamin dan cukup guna mendukung produksi tanaman pangan bagi masyarakat. Ketersediaan lahan pertanian saat ini telah menjadi tantangan yang berat bagi negara agraris seperti di Indonesia saat ini.  Tantangan tersebut muncul karena indikasi berkurangnya lahan pertanian karena “ ancaman Guremisasi dan Konversi Lahan”. Guremisasi merupakan suatu proses fragmentasi atau pemecahan luas lahan pertanian sebagai akibat pembagian warisan. Kejadian ini sangat terkait dengan kultur sosial masyarakat Indonesia umumnya dimana orang tua membagi-bagi lahan pertanian kepada anak-anaknya sebagai aset warisan. Semakin banyak anak yang mendapat warisan otomatis lahan pertanian semakin kecil.  Lahan pertanian yang terfragmentasi tentu saja luas garapannya akan menurun yang pada akhirnya akan menurunkan jumlah produksi pangan.
Ancaman Guremisasi semakin diperparah jika lahan yang diwariskan tersebut beralih fungsi untuk kegiatan di luar pertanian. Saat ini gejala penurunan luas lahan pertanian terus terjadi. Setidaknya sekitar 100 ribu hektar lahan pertanian produktif hilang karena beralih fungsi untuk kegiatan lain seperti bangunan, pertokoan, perumahan, industri, perkebunan dan lain sebagainya. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi Indonesia yang notabene adalah negara agraris. Adalah sangat ironis sekali jika sebuah negara agraris namun tidak cukup memiliki tanah atau lahan untuk bercocok tanam komoditas tanaman pangan. Untuk mengganti lahan pertanian produktif yang sudah beralih fungsi, pemerintah setiap tahunnya melakukan perluasan areal baru melalu program cetak sawah, namun jumlahnya masih lebih kecil dari 100 ribu hektar /tahun karena anggaran terbatas. Jika hanya mengandalkan pemerintah untuk penyediaan lahan pertanian maka otomatis lahan pertanian tanaman akan tetap berkurang.
Menteri Pertanian RI, Dr. Siswono pada saat membuka  Rapat Kerja Koordinasi APINDO sempat menyatakan bahwa sangat tidak logis jika berharap produksi pangan nasional tinggi dan kemakmuran petani meningkat namun dengan kondisi lahan pertanian yang dimiliki petani kecil-kecil. Luas lahan pertanian yang setiap tahunnya terus berkurang menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Jika hanya mengandalkan petani dengan kondisi lahan yang kecil-kecil untuk memproduksi pangan maka diperkirakan  dalam 5 tahun mendatang Indonesia akan mengalami krisis pangan. Untuk itu swasta perlu turun tangan dalam budidaya pertanian tanaman pangan terutama untuk skala-skala besar seperti Food estate atau sawah modern berskala besar lainnya.
Sistem Agraria Indonesia yang memperbolehkan lahan atau tanah sebagai hak milik pribadi menyebabkan negara sulit mengatur penggunaan lahan. Berbagai kebijakan dan peraturan sudah dikeluarkan oleh pemerintah, diantaranya melalui Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan Undang-Undang. RTRW merupakan produk hukum syah yang sepatutnya menjadi acuan Pemerintah dalam mengelola penggunaan dan peruntukan ruang dan wilayah termasuk tanah, air, dan materi yang dikandung di dalam tanahnya. Di dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) telah diatur peruntukkan pola ruang dan struktur ruang yang ada namun kenyataan dilapangan sangat sering terjadi konversi atau alih fungsi peruntukkan. Kawasan Budidaya untuk pertanian dalam RTRW yang diharapkan dapat menjadi “tempat perlindungan” bagi aktivitas budidaya tanaman pangan sering berbeda kenyataannya di lapangan. Perlu pengawasan serta ketegasan dari Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam hal menjaga fungsi RTRW yang telah ditetapkan agar RTRW yang disusun dengan susah payah dapat memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi seluruh masyarakat.
Pemerintah juga sudah mengeluarkan UU No. 41 tahun 2010 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan berikut Peraturan Pemerintah Turunannya. Dalam UU No. 41 tersebut diamanahkan agar setiap daerah (Kabupaten/Kota) harus menyediakan lahan pertanian tanaman pangan  plus lahan cadangan untuk budidaya tanaman pangan. Namun sekali lagi implementasi di lapangan masih belum optimal bahkan mungkin masih minimal. Memang UU No. 41 masih berumur muda, namun daerah yang bijak pasti akan menerapkan UU No. 41 karena di dalamnya telah diatur hak dan kewajiban Pemerintah dan Masyarakat yang semuanya mengarah untuk kemakmuran dan menjamin ketersediaan lahan bagi pertanian tanaman pangan.
Pada akhirnya memang dituntut pemahaman dan kesadaran dari seluruh masyarakat bahwa lahan pertanian tanaman pangan merupakan aset yang terbatas jumlahnya. Ketersediaannya sangat penting dalam menentukan cukup tidaknya produksi pangan bagi penduduk yang terus bertambah. Pemerintah dan masyarakat terutama petani harus bisa  melindungi lahan pertanian tanaman pangan agar tidak berkurang karena guremisasi dan alih fungsi lahan. Jika dalam pengelolaannya kita salah, maka kemungkinan ancaman krisis pangan  sudah menanti di depan mata.***  hero

Friday, May 13, 2011

potensi komoditi padi Kalbar dalam perekonomian regional Kalimantan

Potensi Komoditas Padi dalam Pertumbuhan Ekonomi Regional
Propinsi Kalimantan Barat di Wilayah Kalimantan (Periode 1993 – 2001)


The Potential of Paddy Commodity on Regional Economics Growth
Of West Kalimantan Province in Kalimantan Region (Period: 1993 – 2001)

Heronimus Hero
Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada


Abstract

This research attempt to identified the potential of some food crop commodities specially paddy on regional economics growth of West Kalimantan province in term of Kalimantan region. The production value data was used to measured the performance, basic potentiality, and the excellent degree of paddy and others commodities, in 1993 - 2001 time period.
Some model such as classic Shift-share, Location Quotient (LQ), Growth Ratio Model (MRP), and Overlay was used in this research. The research compares the production value of the commodities between West Kalimantan province and among other provinces within Kalimantan region as a whole.
The result found that : (1) the paddy commodity has a good performance during the 1993 – 2001 period. The performance was showed by the positive value of regional growth effect, industry mix effect, and the competitive excellent effect; (2) According to LQ analysis, paddy is a basic commodity. It mean that West Kalimantan has more specialized in paddy commodity than other province in Kalimantan region, and it able to fulfill the paddy needs in local and export market; (3) The paddy commodity may become a mainstay commodity for the next regional economic development plan in West Kalimantan Province. Because it has a high contribution and high growth for regional economics of West Kalimantan province.

Key words : regional economics, production value, food crop commodities, Kalimantan region, mainstay commodity.

Tuesday, June 09, 2009

JANGAN BIARKAN LIDAH BUAYA MERANA


Sekitar Sepuluh Tahun lalu Tanaman Lidah Buaya sempat menjadi komoditas primadona dan telah memakmurkan banyak masyarakat kota Pontianak. Namun sekarang kondisinya mulai ”merana”.

Ketika orang luar daerah berbicara tentang Kalimantan Barat, pasti dalam benaknya akan langsung terlintas ”Lidah Buaya”. Demikian pula sebaliknya bila orang menyebutkan Lidah Buaya, pasti langsung terfikir tentang Provinsi Kalimantan Barat. Memang dalam satu dasawarsa ini, Kalimantan Barat sudah identik dengan Tanaman Lidah Buaya, demikian pula sebaliknya Lidah Buaya sudah Identik dengan Kalimantan Barat. Memang harus kita akui bahwa Tanaman unik ini telah menjadi Icon Kalimantan Barat. 

Karakter iklim dan tanah di Kalbar yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman Lidah Buaya membuat Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sehingga bisa mencapai ukuran yang jauh lebih besar dari biasanya. Penduduk Kota Pontianak pun banyak yang mengusahakannya sebagai tanaman utama untuk menjadi dasar pendapatan mereka. Sekitar 10 – 15 tahun yang lalu tanaman ini begitu menjadi promadona di Kota Pontianak khususnya dan Kalimantan Barat umumnya. Banyak masyarakat kota Pontianak yang mengandalkan Lidah Buaya sebagai sumber pendapatannya. Bahkan Pemerintah Kota Pontianak sudah menjadikan kawasan pertanian Lidah Buaya di Pontianak Utara sebagai areal Agropolitan di Pontianak. Lidah buaya merupakan produk Kalbar yang memiliki keunggulan komperatif bagi Kalbar sehingga dapat dikatakan tidak ada daerah lain di Indonesia yang mampu menyamai Kalbar dalam menghasilkan Lidah buaya.

Namun sayangnya kondisi kejayaan tanaman Lidah Buaya tersebut kini mulai ”Merana”. Saat ini jika kita berjalan di kawasan ”Agropolitan” kota Pontianak (Pontianak Utara), tidak akan mudah lagi kita temukan hamparan lahan yang menghijau karena Lidah Buaya, namun yang akan kita lihat adalah bangunan megah permanen dengan jendela-jendela kecil yang merupakan ”Rumah Walet”. Memang benar.... saat ini boleh dikatakan sebagian besar lahan Lidah Buaya sudah beralih fungsi menjadi bangunan ”Rumah Walet”. Kita Tidak perlu repot-repot melakukan penelitian untuk mengetahui berapa luas lahan Lidah Buaya (lahan pertanian) yang telah beralih fungsi tersebut, karena dengan melihat sepintas saja kita sudah dapat mengetahuinya. Jika kondisi ini berterusan, maka diperkirakan tidak sampai 5 tahun ke depan Tanaman Lidah Buaya yang notabene merupakan komoditas andalan sekaligus icon Kalimantan Barat akan hilang dari bumi khatulistiwa. 

Apa sebenarnya yang terjadi..? Secara ekonomis mungkin dapat kita katakan bahwa karena sarang walet dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dari Lidah buaya, sehingga ramai pengusaha yang membuka usaha pembangunan Rumah Walet. Hal itu syah-syah saja. Namun ini tidak hanya terkait dengan hitungan Untung-Rugi, tetapi juga terkait dengan identitas, karakteristik dan ekologi sekaligus nasib petani Lidah Buaya di Kota Pontianak. Adalah sangat ironi bila Kalimantan Barat yang telah identik dengan Lidah Buaya namun tidak lagi memiliki Tanaman Lidah Buaya. Sangat Ironis pula Kawasan yang telah di setting menjadi kawasan Agropolitan namun isinya hanya bangunan Rumah Walet. Peralihan lahan pertanian Lidah Buaya dan tanaman lainnya seperti pepaya menjadi bangunan walet juga memberikan dampak ekologis yang kurang baik, karena peran tanaman termasuk Lidah Buaya sebagai penyerap Karbon dan zat emisi lainnya akan berkurang pula sehingga tingkat polusi di Pontianak meningkat. Mungkin ini menjadi salah satu penyebab mengapa Kota Pontianak terasa semakin Panas akhir-akhir ini. 

Apa yang seharusnya kita lakukan agar Lidah Buaya Kalbar tidak Merana atau bahkan hilang....Tentu saja Pemerintah memiliki peran yang strategis untuk mencari pemecahannya. Solusi yang menguntungkan bagi semua pihak atau win-win solution adalah suatu keharusan. Jika memang kita masih menginginkan Lidah Buaya tetap menjadi icon Kalbar maka sangat diperlukan kebijakan dan regulasi yang mengarah pada perlindungan usaha tani Lidah Buaya khususnya terkait dengan Tata guna Lahan. Mungkin para pemangku kebijakan terutama kalangan legislatif perlu menerbitkan Peraturan khusus untuk perlindungan lahan Lidah Buaya. Tetapkan bahwa kawasan Lidah Buaya (Agropolitan) adalah kawasan konservasi bagi pertanian Lidah buaya. Karena sehebat apa pun instansi pertanian dalam mengembangkan atau mempromosikan tanaman Lidah Buaya pasti akan tidak akan memberikan manfaat yang banyak jika lahan Lidah Buaya terus berkurang. Di sisi lain usaha bangunan Rumah Walet juga harus memiliki regulasi yang jelas serta diupayakan tidak menggunakan lahan pertanian produktif.

Jika alasannya karena pasaran Lidah Buaya kurang menguntungkan dibanding sarang walet, maka semua pihak terutama pemerintah harus melakukan suatu terobosan baru sehingga permintaan terhadap lidah buaya meningkat. Memang baik Sarang walet maupun Lidah Buaya keduanya memberikan manfaat kesehatan bagi manusia, namun lidah buaya bisa dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, sedangkan sarang walet hanya bisa dinikmati kalangan ekonomi atas (mengingat harga per kg nya mencapai puluhan juta rupiah). Dengan satu langkah sederhana saja pemerintah dapat menaikan permintaan terhadap Lidah buaya.... apa itu..? GEMILA atau Gerakan Minum Lidah Buaya di Kantor. Dengan mewajibkan minuman lidah buaya sebagai minuman pada acara rapat atau pertemuan di setiap kantor pemerintah maka akan dipastikan permintaan dan harga jual Lidah Buaya akan meningkat. Dengan hitungan sederhana saja bila dalam sehari ada 2 kantor yang melakukan rapat dan jumlah audiensinya 30, maka dalam seminggu (5 hari kerja) ada 300 gelas minuman Lidah buaya yang dibeli dari produser olahan Lidah Buaya setiap minggunya. Dan produser Olahan Lidah buaya pasti akan memerlukan bahan baku dari petani Lidah Buaya. Bayangkan jika perhotelan di Pontianak juga disarankan untuk menyisipkan Lidah Buaya sebagai salah satu menu kuliner wajib mereka, pasti hal ini akan semakin meningkatkan permintaan terhadap Lidah Buaya. Dan Petani pun akan senang berusaha tani Lidah Buaya serta tidak tergoda untuk menjual lahan pertaniannya.

Kata orang bijak: Jika Ada Niat...di situ ada Jalan..mungkin memang benar. Jika Kita tetap ingin Lidah Buaya terus menjadi Icon , komoditas unggulan dan kebanggaan Kalbar, maka banyak jalan yang bisa dilakukan. Terus Terang untuk memunculkan produk baru yang memiliki keunggulan komperatif adalah sangat sulit apa lagi keunggulan kompetitif. Oleh karena itu adalah sangat bijak jika kita mempertahankan produk dengan keunggulan komperatif yang telah kita miliki, yaitu Lidah Buaya. Jangan sampai kita biarkan Lidah Buaya merana!!. 

Friday, May 02, 2008

Global Warming Sebuah Kenyataan Yang Merepotkan

PENGANTAR
Isu tentang Global Warming atau jika diharpiahkan ke bahasa Indonesia berarti Pemanasan Global sudah membahana secara “Global” sesuai namanya di seluruh negara saat ini. Isu ini mulai muncul ketika memasuki tahun 1990 an. Meskipun sudah cukup lama, namun banyak orang memahaminya hanya sekedar proses perubahan suhu rata-rata dipermukaan bumi kita yang secara perlahan namun pasti terus menunjukkan bukti peningkatan. Karena pemahaman yang dangkal tersebut maka sebagian besar manusia di bumi ini tidak begitu perduli dengan perubahan suhu yang terjadi di permukaan bumi yang notabene merupakan tempat tinggal semua makhluk hidup ini. Apa lagi perubahan suhu tersebut tidak terjadi serta-merta.

Jika saja banyak manusia yang mengetahui dan memahami lebih mendalam apa dan bagaimana dampaknya yang terjadi akibat dari Global Warming, pasti kita semua merasa tengah menghadapi Kenyataan Yang Merepotkan!!. Kita hanya sering mendengar bahwa suhu rata-rata suatu negara tiba-tiba meningkat, atau adanya kasus aliran udara panas di Eropa, atau secara tidak sadar kita sering ngomel karena rasa panas yang tidak biasa ketika dulu kita saat tidur di malam hari kita harus menggunakan selimut karena adem. Apa sebenarnya yang terjadi...? Bumi yang kita huni sebagai tempat hidup, tempat beraktivitas, tempat berkreasi, tempat segalanya ini ternyata memiliki kapasitas dan daya tampung yang terbatas bagi berbagai aktivitas manusia. Dan parahnya lagi berbagai aktivitas manusia tersebutlah yang menjadi penyebab utama munculnya gejalan Global Warming saat ini.

Untuk memahami lebih jauh tentang Pemanasan Global ini mungkin dapat kita pelajari dari sebuah film dokumentasi yang pada tahun 2006 lalu telah membuat hampir seluruh pemimpin dunia terkejut dengan kenyataan yang merepotkan bahwa Bumi kita sudah semakin “tua”. Film Dokumentasi yang berjudul “AN INCONVENIENT TRUTH” tersebut di “Bintangi” secara intelek oleh Wakil Presiden Amerika Serikat masa pemerintahan Bill Clinton yaitu Al Gore. Melalui Film ini Al gore secara detail membeberkan bukti-bukti ilmiah berbagai gejala alam dan perubahan-perubahan yang terjadi di muka bumi sebagai akibat dari proses Global Warming. Berikut adalah sinopsis dari film dokumentasi tersebut yang penuturannya terkait dengan berbagai dampak dari Global Warming:

PENYEBAB GLOBAL WARMING
Secara Ilmiah, Penyebab utama dari pemanasan Global atau Global Warming adalah meningkatnya gas-gas rumah kaca seperti CO2 sebagai akibat dari aktivitas manusia yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini ditambah lagi dengan senyawa lain seperti methana, dan gas freon yang merusak lapisan atmosphere bumi sehingga mengurangi filter sinar matahari yang masuk ke bumi. Gas CO2 yang diproduksi oleh aktivitas manusia menghalangi pemantulan sinar matahari yang jatuh ke bumi sehingga terkurung dan menyebabkan suhu dipermukaan bumi meningkat. Inilah yang disebut efek rumah kaca.

Berdasarkan penelitian, setiap harinya sekitar 70 juta ton CO2 dihasilkan oleh manusia dari berbagai aktivitasnya di muka bumi. Sebagian besar dihasilkan oleh aktivitas manusia di bidang transportasi (kendaraan) dan industri. Peningkatan gas CO2 ini sangat erat kaitannya dengan populasi penduduk manusia di bumi. Memasuki akhir Perang Dunia II, peningkatan jumlah penduduk dunia sangat pesat. Dan seiring peningkatan populasi tersebut aktivitas manusia juga beragam yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan pula produksi gas CO2 di bumi. Saat ini penduduk dunia sudah mencapai 6,5 Millyar jiwa, dan tentu saja jumlah tersebut telah memberikan kontribusi besar bagi peningkatan CO2.

Hutan yang diharapkan mampu menjadi penyerap karbon (CO2 ) ternyata tidak mampu mengimbangi jumlah CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Sebaliknya justru keberadaan hutan semakin berkurang khsusunya hutan tropis yang berada di Asia dan Amerika sebagai akibat eksploitasi yang berlebihan terutama illegal logging yang mewabah dimana-mana. Kenyataan ini membuat produksi gas CO2 semakin tidak terkendali yang akhirnya memicu terjadi pemanasan Global.

Banyak kasus yang terjadi di berbagai belahan bumi ini yang menunjukkan terjadinya pemanasan global. Aliran udara panas yang terjadi di Eropa akhir-akhir ini telah melewati ambang toleransi fisiologis manusia, sehingga menyebabkan banyak korban jiwa. Bahkan terdapat satu lokasi di Negara India yang suhunya mencapai 50o C, meskipun tidak dalam waktu yang lama. Anomali suhu ini menjadi daya tarik bagi para peneliti untuk mengetahui lebih lanjut gejala Global Warming, dan hasilnya sangat mengejutkan.


PERUBAHAN IKLIM
Peningkatan suhu bumi yang terus terjadi menyebabkan pula peningkatan suhu air laut. Seperti kita ketahui, bahwa air laut sangat berperan dalam mempengaruhi iklim dan cuaca dipermukaan bumi. Terjadinya hujan dan badai sangat ditentukan oleh kondisi laut.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa perubahan peningkatan suhu pada kedalaman laut sekitar 50 meter telah menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang ekstreem. Perubahan suhu air laut sampai pada kedalaman 50meter ini dapat memicu pembentukan badai (typhoon, huricane) yang lebih besar di permukaan bumi. Beberapa kejadian badai yang sangat jarang terjadi pada masa lalu telah terjadi pada tahun 2000 an ini. Badai Catrina yang melanda Negara Bagian New Orlean USA beberapa waktu lalu merupakan salah satu buktinya. Badai dengan kekuatan Katagori 5 ( skala berdasarkan tingkat kerusakan yang ditimbulkan) ini memusnahkan hampir semua wilayah New Orlean dan mengorbankan ribuan nyawa. Badai lain juga terjadi di Jepang, China, dan Teluk Mexico yang semuanya masuk katagori 5. Masih banyak anomali iklim lain yang muncul sebagai akibat perubahan suhu laut.

KEMASAMAN AIR LAUT
Dari 70 Juta gas CO2 yang dihasilkan per harinya di muka bumi, sekitar 25 Juta ton nya terserap oleh laut. Selain ikut meningkatkan suhu air laut, proses kimia juga terjadi yang mengakibatkan peningkatan keasaman air laut. Kemasaman laut yang meningkat akan mempengaruhi rantai makanan di dalam laut selain itu juga akan menurunkan penyerapan Calcium Carbonate yang merupakan penyusun utama terumbu karang dan seluruh biota bercangkang di dalam laut.

Jika kondisi peningkatan Gas CO2 terus terjadi, para ahli memperkirakan sekitar 45 tahun ke depan, terumbu karang akan menjadi tumbuhan langka di laut. Tidak hanya itu populasi biota bercangkang seperti kerang, kepiting, udang, dan hewan moluska di laut juga ikut berkurang. Ini merupakan sebagian dampak yang telah dibuktikan kebenarannya, masih banyak lagi hal negatif yang akan terjadi jika kemasaman air laut meningkat sebagai akibat pemanasan Global.

PENCAIRAN ES DI GREENLAND
Greenland merupakan salah satu dataran atau pulau yang sering menjadi indikator dan tolok ukur terjadinya perubahan-perubahan iklim di muka bumi. Pulau yang letaknya sekitar kutub utara ini merupakan pulau terbesar di dunia yang sebagian besar permukaannya ditutupi oleh lapisan es.
Peningkatan suhu bumi sangat berpengaruh terhadap kestabilan dan kondisi Fisik pulau Greenland. Memasuki tahun 90 an telah terjadi beberapa kali gempa gletser (lapisan es) di Greenland, dan jumlah itu terus meningkat pada periode tahun 2000 an. Setidaknya tercatat 32 kali gempa gletser berkekuatan 5 scala richter (Skala kekuatan gempa) telah terjadi antara tahun 2000 – 2006. Kekuatan gempa tersebut termasuk gempa yang mampu menimbulkan kerusakan fisik besar.

Para ahli membuktikan bahwa gempa gletser tersebut terjadi karena semakin banyaknya es yang meleleh karena suhu yang meningkat di Greenland. Bila di analogikan seperti ban mobil yang selip ketika berjalan di jalan berair, lapisan massa es juga tergeser karena adanya air antara lapisan es dengan lapisan batuan bumi. Pergeseran inilah yang menimbulkan gempa gletser. Makin banyak jumlah air yang mengalir ke lapisan tanah, makin besar pula kekuatan untuk terjadinya pergeseran lapisan es dari permukaan tanah.

Saat ini diperkirakan sekitar 50 mil kubik es telah mencair di greenland. Jumlah yang sangat besar ini telah menimbulkan perubahan fisik yang sangat signifikan di Greenland. Perubahan fisik ini juga merusak ekosistem dan habitat seluruh makhluk hidup di greenland yang salah satunya sangat langka yaitu Beruang Kutub.

PERMAFROST (ES ABADI DI ALASKA DAN SIBERIA)
Kasus yang sama juga terjadi di kawasan kutub utara seperti di Alaska dan Siberia yang dikenal dengan kawasan Es Abadi (Permafrost). Selain terjadinya proses pencairan secara gradual, terjadi pula hal yang sepertinya tidak diperkirakan sebelumnya oleh para ahli yaitu terlepasnya gas Methana dan CO2 beku yang ada di Alaska dan Siberia.

Selama proses geologi dan morfologi bumi yang terjadi di Kawasan Kutub Utara (Alaska dan Siberia) pada jaman purba telah mengakibatkan gas Methana dan CO2 ikut membeku bersama lapisan es abadi. Jumlah gas Methana dan CO2 yang ikut membeku tersebut sangat besar sekali jumlahnya yang diperkirakan bekisar triliunan ton. Proses pembekuan ini ikut membantu perbaikan kondisi bumi saat itu sehingga mengurangi CO2 dan Methana di Atmosphere bumi. Kondisi ini mendukung pertumbuhan dan kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi.

Proses Global Warming yang terjadi sebagai akibat dari gas CO2 dan gas rumah kaca yang semakin banyak di atmosphere menyebabkan suhu meningkat di bumi. Hal ini terjadi pula di kawasan Es abadi. Peningkatan suhu tersebut telah mempercepat proses pencairan es abadi. Dikhawatirkan jika proses ini tidak diatasi maka pencairan tersebut akan mencapai lapisan es yang mengurung gas Methana dan CO2 di Alaska dan Siberia. Jika itu terjadi, sekitar 70 Milliar Metrik gas Methana dan CO2 beku akan terlepas ke atmosphere dan akan semakin meningkatkan proses pemanasan global di bumi.

Hasil kalkulasi para ahli menunjukkan sekitar 730 Trilliun Ton gas CO2 (hasil aktivitas manusia) yang ada dibumi saat ini akan menjadi dua kali lipat jika CO2 dan Methana beku yang ada di kawasan Es abadi terlepas ke udara karena esnya mencair. Akibat yang akan muncul pasti akan sangat menakutkan!!.

WILDFIRE (KEBAKARAN HUTAN)
Terkadang akibat yang ditimbulkan oleh proses global warming sangat jauh diluar yang kita fikirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanasan global sangat terkait erat dengan meningkatnya frekwensi kasus kebakaran hutan di seluruh dunia akhir-akhir ini.

Aliran udara panas yang muncul akibat peningkatan suhu bumi ternyata mampu menurunkan kelembaban tanah dan lahan, termasuk juga hutan. Banyak hutan-hutan di seluruh dunia menjadi sangat kering ketika memasuki musin kering. Kondisi ini akan meningkatkan terjadinya kebakaran hutan yang dapat dipicu oleh pergesekan antara pepohonan (kasus pohon pinus) atau sambaran petir yang sering terjadi di lahan hutan eropa dan amerika. Kebakaran hutan yang terjadi pasti akan menghasilkan gas CO2 dan ini akan semakin meningkatkan jumlah gas CO2 di atmosphere bumi yang pada akhirnya akan lebih meningkatkan suhu di permukaan bumi.

KELEMBABAN TANAH DAN SERANGAN HAMA
Peningkatan suhu bumi akibat gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya di atmosphere ternyata juga sangat mempengaruhi dunia pertanian. Hal yang paling nampak adalah pada tingkat kelembaban tanah lahan-lahan pertanian. Beberapa hasil penelitian menunjukkan penurunan kelembaban tanah dapat mencapai 35% sampai 60%. Bahkan ada beberapa lokasi, penurunan kelembaban tanah terjadi sangat ekstream. Kawasan Amazon yang menjadi pusat perhatian ilmuan dunia terkait dengan ekosistemnya merupakan salah satu contohnya. Akibat pemanasan global, beberapa bagian sungai amazon telah mengering dan telah menjadi gurun-gurun kecil sebagai akibat dari kelembaban tanah dasar sungai yang telah hilang sama sekali.

Disisi lain sumber air untuk pertanian saat ini semakin terbatas karena rusaknya sistem hidrologi bumi khususnya dikawasan padat hunian manusia. Menurunnya kelembaban tanah tentu saja akan membutuhkan air yang lebih banyak untuk menyesuaikan kebutuhan tanaman dan tanah. Tanah yang kurang lembab pasti tidak akan mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Hal ini disebabkan karena aliran nutirisi tanah akan terhambat jika kadar air tanah berkurang.

Disisi lain, peningkatan suhu bumi mengimbas pada mendorong terjadinya peningkatan populasi beberapa jenis hama pertanian. Selain karena habitat yang terganggu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu yang terjadi sangat sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan beberapa jenis hama seperti belalang kembara. Hampir seluruh benua mengalami kasus serangan belalang kembara yang luar biasa. Dimana Kejadian seperti ini belum pernah dialami sebelumnya. Serangan Belalang kembara ini merusak hampir semua jenis tanaman yang mereka hinggapi sehingga menyebabkan beberapa komoditas pertanian gagal panen.

PENUTUP
Banyak lagi dampak yang muncul dan akan muncul sebagai akibat dari suhu bumi kita yang semakin panas. Dampak tersebut dapat langsung maupun tidak langsung. Dan secara pastikan bahwa dampak tersebut tidak ada yang menguntungkan manusia dan seluruh makhluk hidup lain.

Apa yang dapat kita ambil dari penuturan Al Gore dalam film dokumentar AN INCONVENIENT TRUTH tersebut...? Banyak sekali yang dapat kita ambil, yang pertama sekali adalah bahwa banyak para ahli dan peneliti yang begitu besar perhatiannya terhadap kelestarian bumi. Mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang besar, ilmu, tenaga serta waktu untuk mengeksplorasi misteri dan gejala-gejala alam yang terjadi sehingga mampu memberikan penjelasan yang logis bagi memperjelas apa yang sebenarnya terjadi dengan bumi kita ini meskipun kenyataannya merepotkan kita. Tanpa upaya mereka kita mungkin akan terlena seiring menurunnya kualitas bumi.

Hal lain yang dapat kita petik adalah bahwa kita harus semakin bijak dalam mengelola sumberdaya yang ada di bumi ini. Dan bahwa semua sumberdaya yang ada di bumi ini saling mempengaruhi satu sama lain. Exploitasi yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi ekosistem dan kelestarian lingkungan. Para pemimpin juga saat ini harus secara bijak untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam memperhatikan kelestarian alam. Tidak hanya para pemimpin dunia yang berperan dalam mencegah terjadinya pemanasan global yang lebih parah, malainkan kita semua. Adalah sangat tepat sekali jika dalam kasus Global Warming ini KITA MENJADI BAGIAN DARI SOLUSI BUKAN JADI BAGIAN DARI MASALAH TERSEBUT!!!.
Posted by Picasa

Wednesday, April 02, 2008

Infrastruktur & Kemakmuran Petani

Ketika kita berbicara tentang masih rendahnya tingkat kemakmuran sebagian besar petani di Indonesia (Kalbar khususnya), banyak orang mengatakan hal tersebut disebabkan karena pertanian di Indonesia masih belum maju sehingga masyarakat petani kita belum makmur dibandingkan dengan petani negara lainnya. Mungkin argumen tersebut ada benarnya, tetapi mungkin juga itu tidak benar sepenuhnya. Untuk memberikan alasan yang tepat mungkin sebaiknya kita perlu sering mengadakan perjalanan di daerah-daerah pertanian sehingga kita dapat memberikan sisi pandang yang baru sebagai bahan pertimbangan untuk alasan mengapa petani kita belum sejahtera dibanding petani dari Negara lainnya di Asia.

Hasil dari sejumlah perjalanan saya di beberapa daerah kabupaten di Kalimantan Barat ternyata secara umum masyarakat petani sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam budidaya pertanian. Kemampuan dan penerapan teknologi pertanian mereka sudah disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal mereka. Kemampuan ini belum tentu dapat dimiliki oleh para sarjana pertanian yang beruntung mengecap bangku perguruan tinggi. Para petani juga mampu mengoperasikan berbagai jenis alat mesin pertanian, pengaplikasian pupuk, serta pengendalian hama secara terpadu. Sebagai hasilnya, masyarakat petani mampu memproduksi berbagai komoditas pertanian yang menjadi bahan pangan kita atau konsumsi lainnya. Indikasi ini tentu saja menunjukkan pertanian mereka sudah cukup maju, terutama jika dipandang dari keahlian dan penguasaan teknik budidaya. Namun jika dilihat dari tingkat kemakmuran mereka….. sebagian besar masyarakat petani masih kurang sejahtera. Apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya..?

Setelah ditelusuri ternyata kemakmuran yang masih rendah tersebut disebabkan karena income atau pendapat mereka masih rendah sebagai akibat dari kurang efisiennya pertanian mereka. Dan porsi terbesar dari penyebab ketidak efisienan tersebut adalah akibat dari minimnya infrastruktur khususnya jalan raya.

Seperti kita ketahui bersama, masih cukup banyak daerah yangberpotensi besar dalam pertanian yang belum beruntung memiliki akses jalan raya yang layak. Jangankan di daerah yang jauh dari ibu kota provinsi, daerah yang hanya berjarak 2jam dari kota Pontianak juga masih ada. Adalah desa Mekar Sari yang menjadi salah satu contohnya. Desa ini memiliki potensi yang besar di sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Ratusan hektar hamparan yang selalu ditanam masyarakatnya memberi kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan di Kalbar. Sayangnya akses jalan menuju ke desa ini Sangat memprihatinkan. Dalam kondisi cuaca normal hanya bisa dilaluikendaraan roda dua, bayangkan jika dalam kondisi hujan, daerah ini seperti terisolir.

Kondisi ini tentu saja mempengaruhi banyak hal. Khusus terhadap pertanian, kondisi ini menyebabkan biaya tambahan untuk pengangkutan sarana produksi dan juga untuk pengangkutan hasil produksi ke luar daerah. Belum lagi harga saprodi yang melonjak jauh sebagai akibat biaya pengangkutan. Di sisi lain harga jual produk pertanian mereka sama dengan harga pasar umumnya dan tidak mungkin dinaikkan karena pasti tidak akan dibeli. Inilah yang menjadi penyebab mengapa income petani rendah bahkan mungkin hanya mampu menutupi biaya produksi. Income yang rendah pasti tidak akan mampumeningkatkan kesejahteraan petani.

Jadi mungkin pandangan Mantan Menteri Pertanian RI, Bunggaran Saragih, yang mengatakan bahwa “pertanian di Indonesia sebenarnya sudah maju, namun infrastrukturnyalah yang kurang maju”. Memang kenyataannya, jika suatu daerah dengan kondisi infrastruktur yang layak, otomatis daerah tersebut akan menyedot tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran masyarakat di daerah tersebut. Dan kemungkinan besar ini juga yang menjadi alasan kenapa urbanisasi terus meningkat, karena kota selalu memiliki infrastruktur yang lebih baik dibanding daerah-daerah remote. Manusia selalu ingin mencari kemudahan untuk melakukan aktivitasnya,, dan kemudahan tersebut banyak terdapat di kota.

Hal yang sama juga pasti akan terjadi jika infrastruktur seperti akses jalan raya di daerah-daerah yang memiliki potensi besar di bidang pertanian dalam kondisi baik. Kondisi jalan raya yang baik pasti akan membantu pembangunan pertanian di suatu daerah. Menurunkan biaya produksi, memudahkan pengangkutan hasil pertanian sekaligus menurunkan biaya transportasi. Belum lagi efek sosial ekonomi yang lain seperti aliran barang dan jasa yang semakin lancar sehingga tidak menaikkan harga barang kebutuhan masyarakat. Jika kondisi ini dapat tercipta, pasti tingkat kamakmuran petani kita akan membaik.

Mudah-mudahan ini dapat menjadi salah satu solusi bagi permasalahan kesejahteraan petani kita yang memang sangat komplex. Paling tidak sudut pandang ini dapat dibuktikan secara logis dari sisi ekonomi.
Posted by Picasa

Monday, March 24, 2008

KOREAN INVESTOR SEEKING FOR LAND TO DEVELOP CORN IN WEST KALIMANTAN !

One big opportunity was come again for West Kalimantan Province, particularly for agriculture development. A Company group called HARIM GROUP from South Korea has visit West Kalimantan on March 14 2008 a go. They purpose is to looking a land for corn development in West Kalimantan. According to the leader of this group information, Halim Group is consisting of 40 companies. Most of the companies are involved in agribusiness and food business. In fact, Harim group is the number one of livestock market share in Korea. Until now, Harim Group has been invest around 1.6 Billion US Dollar in several foreign countries like China, Vietnam, and Philippine. And the target for investment in the future is Indonesia. During the increasing of corn consumption in Korea, the demand for corn is also increasing. This is why Harim Group starts to looking some land resources to develop corn in order to fill Korea corn market.

The land that they looking for in West Kalimantan are quite large which is 100,000 ha. So when we count in Indonesia currency the number is al least Rp. 400.000.000.000. This large amount money of course might give some impact on economics activities in West Kalimantan Province particularly for farmer’s economy.

Regarding the Harim Group plan to invest corn development in West Kalimantan, the government of West Kalimantan is very please to welcome it, and looking forward for the project realization. The Government of West Kalimantan province is also ready with the number of land which is they looking for. Most of the potential Land and available land for corn development is located in Kuburaya regency. The problem is that the land is not in one concentrate area. It is difficult to find one big plain area with wide around 100,000 hectares. It is not only because the topography reason, but also the land status. Most of the land in West Kalimantan is already belong to farmers even though it’s not certified yet. Even so, the farmers are ready to make a partnership incase of company want to use their land to develop corn. Some land is belonging to state, but the number is small. Regarding the topography reason, most of land is extent in one big plain around less in 300 hectares. So that is why it little bit difficult to find one concentrate area with wide 100,000 ha.

So it is not a big deal with the land availability, because West Kalimantan still has a lot area for many kind of agriculture investment. The cooperation with local people should be taken as a main concern to make investment easier to take including to solve land status problems. West Kalimantan Government is also giving some incentive to make investor easy to take action.
Posted by Picasa

Saturday, February 23, 2008

Gubernur Baru Kalbar yang Low Profile


Mungkin ini hanya pendapat pribadi yang bersifat sementara.... karena penilaian ini didasarkan pada pengalaman pertama penulis mengikuti gubernur Kalbar Baru Terpilih Drs. Cornelih, MH. Ya.... kesan bersahaja (Low Profile) dan tidak protokoler mewarnai kepribadian dan penampilan Drs. Cornelis, MH saat pertama kali mengikuti panen raya Gadu di Desa Serimbang, Kecamatan Senakin, Kabupaten Landak. Begitu memasuki areal, Gubernur baru langsung membaur dengan sambutan masyarakat setempat. Tidak ada pembatasan protokoler kaku dilakukan seperti biasanya. Gubernur juga berjalan bersama-sama masyarakat setempat menuju areal panen padi di sawah masyarakat, bahkan Gubernur tidak menyempatkan diri menggunakan Sepatu Boot untuk turun ke sawah bersama istri tercinta ibu Frederica. Namun dibalik keramahan dan penampilan yang bersahaja Gubernur baru memiliki ketegasan dalam menyampaikan pernyataan-pernyataannya. ini tergambar saat Gubernur menyampaikan sambutan yang spontan dan bersifat to the point. Mudah-mudahan ketegasan, kesederhanaan, dan keluwesan selalu menyertai Gubernur yang baru dalam melaksanakan tugas sehari-hari untuk waktu selanjutnya. Sekali lagi ini hanya penilaian yang bersifat pribadi.... tidak ada maksud apa-apa, hanya sekedar catatan perjalanan dan pengalaman...
Posted by Picasa